Ironi dalam "Let Justice be done though the heavens fall"
Suatu hari Kaisar Alexander Agung
kedatangan seorang pelaut, duta dari laut Adriatik. Sang kaisar iseng dan
bertanya kepadanya: apa yang paling kau takuti di dunia ini? si Pelaut
menjawab: saya tidak dapat membayangkan jika langit runtuh dan bintang-bintang
berjatuhan menimpa tubuh kita. Alexander ternganga, sama sekali tidak menyangka
akan jawaban si pelaut. Selama ini ia berharap dirinyalah yang paling ditakuti
di dunia ini. Ternyata si pelaut membukakan pikirannya, ternyata yang ditakuti
manusia di dunia pada jaman itu adalah jika langit runtuh. Hal ini dikarenakan
pada masa itu manusia percaya bahwa bumi berada diatas pundak Atlas dan jika
Atlas merasa kelelahan, atau Atlas sakit, maka bumi akan tergelincir dari
pundaknya, yang kemudian membentur langit. Itu artinya, langit akan runtuh dan
bintang-bintang berjatuhan menimpa manusia.
Sejak saat itu, kejadian antara Alexander dan si pelaut menyebar hingga
seantero wilayah kekuasaan Romawi sehingga orang-orang Romawi sering berkata:
"Quild si nuc caelum ruat?" (Bagaimana jika sekarang langit akan
runtuh?)
Piso's Justice
Lucius Calpurnius Piso
Caesoninus, pada tahun 43 SM, berpidato dihadapan rakyatnya. Sebagaimana
dikisahkan oleh Seneca dalam naskah drama yang berjudul "Piso's
Justice", pada bagian sub judul "De Ira" (kemarahan),
mengisahkan Piso pada suatu hari memberikan ijin kepada 3 orang serdadu untuk mengambil cuti untuk
mengunjungi keluarganya, dengan perintah setelah masa cuti si serdadu tersebut
berakhir, mereka harus menghadap dirinya guna melapor kedatangan mereka. Setelah
masa cuti berakhir, yang datang menghadap hanya satu orang. Kemudian Serdadu
tersebut ditanya kemana kedua orang rekannya tersebut yang juga diperintahkan
untuk menghadap dan melapor kepada dirinya. Serdadu tidak dapat memberikan
penjelasan yang memuaskan Piso. Akhirnya Piso naik pitam dan langsung menggelar
sidang atas serdadu tersebut. Sidang memutuskan bahwa serdadu tersebut dianggap
telah membunuh kedua orang rekan kerjanya dan dihukum dengan hukuman mati.
Ketika si serdadu hendak dieksekusi mati, tiba-tiba datanglah kedua orang
rekannya yang diduga telah meninggal tadi. Si Algojo pun lantas menunda
eksekusi dan menghadap Piso untuk melaporkan hal tersebut. Akhirnya Piso naik
mimbar dan berpidato. Dalam pidatonya dengan lantang Ia mengatakan hukum telah
ditetapkan dan "Fiat Justitia Ruat
Coelum" / Let Justice Be Done Though The Heavens Fall. "Keadilan harus ditegakkan meski langit runtuh!! Akhirnya
Serdadu tetap dihukum mati, si algojo dihukum mati karena menunda eksekusi
serta kedua orang serdadu yang diduga mati tersebut juga dihukum mati karena
keterlambatannya menghadap, menyebabkan rekannya dihukum mati. Sejak saat itu
ungkapan "Fiat Justitia Ruat Coelum" melegenda.
Dalam perkembangannya, ungkapan
Piso tersebut biasa dijadikan palsafah bagi para pejabat tiran guna melakukan
kesewenang-wenangan asalkan "hukumnya telah ditetapkan". Jadi makna
ungkapan "Fiat Justitia Ruat Coelum" menurut Piso adalah "apapun
yang terjadi, suatu keputusan hukum tetap harus dilaksanakan !!! Tak peduli
apakah hukum tersebut benar atau salah, karena yang dinamakan keadilan adalah
apa yang telah diputuskan oleh Penguasa melalui persidangan. Hal ini demi kewibawaan
hukum dan pemerintahan. Sebegitu populernya ungkapan ini sampai Kaisar Kerajaan
Roma, Ferdinand I, mencontek dengan membuat semboyan kerajaann, “Fiat justitia
et pereat mundus” (tegakkan keadilan sekalipun semua penjahat di dunia musnah).
Berabad-abad berlalu, ungkapan
ini pun mulai tenggelam dan dilupakan, sampai akhirnya pada tahun 1601, William
Watson, sastrawan Inggris pertama kali memunculkan ungkapan ini di era modern.
Dalam salah satu karyanya yang berjudul, “Ten Quodlibetical Quotations
Concerning Religion and State”menyatakan “Anda melanggar istilah yang lazim
dalam perundangan, yaitu Fiat justitia et ruant coeli”. selanjutnya beberapa
penyair Inggris lainnya juga menggunakan ungkapan Fiat Justitia Ruat Coelum
dalam karya-karyanya. Para penyair tersebut diantaranya: William Prynne dalam
buku “Fresh Discovery of Prodigious Wandering New-Blazing Stars” (1646) dan
Nathaniel Ward (“Simple Cobbler of Agawam)
Sampailah pada saat sekarang,
Ironis memang, dengan sejarah kelam terciptanya ungkapan "Fiat Justitia
Ruat Coelum", para penegak hukum justru malah bangga mencantumkan dan
mengucapkan Fiat Justitia Ruat Coelum. Hakim sering kali mencantumkan ungkapan
ini dalam putusannya. Lord Masnfield, dalam putusan perkara Somersett, Juni
1772 tentang penghapusan perbudakan di Inggris, memasukkan kalimat itu dalam
putusannya. Di Amerika Serikat, “Fiat justitia” tertulis di bagian bawah
lukisan Ketua Hakim Agung, John Marshall.
Di Indonesia pada waktu sekitar tahun 1950, ada hakim di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat hendak menampar seorang pengacara yang menawarkan sejumlah
uang guna memenangkan perkaranya. Pengacara itu dikejar sampai ke jalanan Gajah
Mada, Jakarta. Hakim tersebut mencaci maki Pengacara dan mengatakan :
"Fiat Justitia Ruat Coelum". Bahkan Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN)
menggunakan ungkapan "Fiat Justitia Ruat Coelum" sebagai semboyan
organisasi dan tercantum dengan jelas dalam lambangya.
Setelah melihat sejarah diatas
istilah Fiat Justitia Ruat Coelum / let justice be done though the heavens fall
memiliki sebuah ironi dalam artinya yang melegenda. Dimana ironi tersebut
biasanya mengatas namakan keadilan yang digunakan pada seseorang. Sebuah hukuman yang mengatas namakan
keadilan, banyak orang yang mengatas
namakan keadilannya berbuat hal yang sesungguhnya tak mencerminkan keadilan. Hal
itu dikarenakan banyak yang salah dalam memahami “keadilan” dan berpendapat
bahwa “keadilan dirinya” diatas segala-galanya. Padahal keadilan sejatinya
adalah hal yang mencerminkan dan menciptakan kedamaian bukan kekerasan dan
kesewenangan. Pantaskah istilah Justitia Ruat Coelum / let justice be done
though the heavens fall digunakan dalam mencerminkan keadilan ? hal itu
bergantung pada pemaknaan keadilan sendiri. Ironi memang, istilah yang sangat
melambangkan keadilan justru menjadi ironi dalam penegakan keadilan sendiri. So,
let justice be done though the heavens fall, tegakkan lah hukum walaupun langit
runtuh!
Recent Comments